Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman. QS. al-Mu’minun (23) : 1 (Yaitu) orang-orang yang khusyu dalam
shalatnya. QS. al-Mu’minun (23) : 2
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bacalah al-Qur’an setiap hari 1 juz.
Kalau tidak mampu, bacalah separuh juz.
Kalau tak mampu, bacalah sekedar sehelai atau satu muka surat.
Kalau tak mampu, berusahalah dengan satu ayat.
Kalau tak mampu juga, cukuplah hanya dengan memandang al-Quran dan tanyalah kepada diri sendiri "Ya Allah, apakah dosaku sehingga aku tidak dapat membaca ayat Mu?"
Astagfirullah ...
Kalau tidak mampu, bacalah separuh juz.
Kalau tak mampu, bacalah sekedar sehelai atau satu muka surat.
Kalau tak mampu, berusahalah dengan satu ayat.
Kalau tak mampu juga, cukuplah hanya dengan memandang al-Quran dan tanyalah kepada diri sendiri "Ya Allah, apakah dosaku sehingga aku tidak dapat membaca ayat Mu?"
Astagfirullah ...
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*Sifat-Sifat ‘Ibadurrahman…(1)
berseri insyaAllah
1. Tawadhdhu’ (rendah hati).
Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْنًا
“Dan hamba-hamba Robb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” {QS.Al-Furqon:63}
Maknanya mereka berjalan di atas muka bumi ini dengan tenang, sopan tidak angkuh atau sombong, namun merekalah orang-orang yang khusyu’ kepada Allah, rendah hati kepada manusia. Dan sungguh Allah telah memerintahkan NabiNya yang mulia untuk berlaku tawadhdhu’. Allah berfirman,
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan merendahlah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” {QS.Al-Hijr:88}
Dan Allah juga melarang NabiNya dari berlaku angkuh dan sombong. Allah berfirman,
وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS.Al-Isro’:37}
Karenanya, Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam adalah pemimpin dari orang-orang yang tawadhdhu’ dengan segala ketinggian dan kedudukan beliau, meski beliau adalah seorang Nabi. Suatu ketika, seorang budak wanita (yang masih kecil) di madinah mengambil tangan beliau dan pergi untuk menyelesaikan urusannya, dan mereka tidak kembali kecuali setelah urusannya selesai.
Dan di antara contoh sifat tawadhdhu’ beliau, beliau sangat benci bila ada sahabatnya yang berdiri karena untuk menyambut datangnya beliau. Sahabat Anas rodhiyallaahu ‘anhu menceritakan,
“Tidak ada seorang pun yang dicintai oleh para sahabat Rosulullaah melebihi cintanya kepada Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam. Meski demikian, mereka enggan untuk berdiri menyambut kedatangan Rosulullaah karena mereka mengetahui bahwa Rosulullaah membenci perbuatan tersebut.”
Rosulullaah sangat mendorong para sahabatnya untuk selalu berlaku tawadhdhu’, dan mewanti-wanti mereka dari berbuat angkuh dan sombong. Beliau mengatakan,
“Barangsiapa tawadhdhu’ karena Allah maka Allah akan mengangkat derajatnya.” {HR.Thobroni,8/172}
Beliau juga bersabda,
“Tidaklah masuk surga seorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan (meski hanya) seberat biji sawi.” {HR.Muslim,1/93}
Maka hendaklah kita bersemangat untuk selalu bersikap rendah hati kepada sesama kita, terlebih-lebih lagi kepada kedua orang tua kita, guru-guru kita, dan kepada sesame manusia. Maka barangsiapa yang tawadhdhu’ terhadap manusia maka ia akan ditinggikan oleh Robbnya manusia.
{Dikutip dari Majalah Al-Furqon edisi 134. “Karakteristik Ibadurrahman”, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi Al-Kholafi, Diringkas dari muhadhoroh beliau di masjid STAI Ali bin Abi Tholib, Surabaya, diterjemah oleh Al-Ustadz Abu Faiz.}
berseri insyaAllah
1. Tawadhdhu’ (rendah hati).
Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْنًا
“Dan hamba-hamba Robb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” {QS.Al-Furqon:63}
Maknanya mereka berjalan di atas muka bumi ini dengan tenang, sopan tidak angkuh atau sombong, namun merekalah orang-orang yang khusyu’ kepada Allah, rendah hati kepada manusia. Dan sungguh Allah telah memerintahkan NabiNya yang mulia untuk berlaku tawadhdhu’. Allah berfirman,
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan merendahlah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” {QS.Al-Hijr:88}
Dan Allah juga melarang NabiNya dari berlaku angkuh dan sombong. Allah berfirman,
وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS.Al-Isro’:37}
Karenanya, Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam adalah pemimpin dari orang-orang yang tawadhdhu’ dengan segala ketinggian dan kedudukan beliau, meski beliau adalah seorang Nabi. Suatu ketika, seorang budak wanita (yang masih kecil) di madinah mengambil tangan beliau dan pergi untuk menyelesaikan urusannya, dan mereka tidak kembali kecuali setelah urusannya selesai.
Dan di antara contoh sifat tawadhdhu’ beliau, beliau sangat benci bila ada sahabatnya yang berdiri karena untuk menyambut datangnya beliau. Sahabat Anas rodhiyallaahu ‘anhu menceritakan,
“Tidak ada seorang pun yang dicintai oleh para sahabat Rosulullaah melebihi cintanya kepada Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam. Meski demikian, mereka enggan untuk berdiri menyambut kedatangan Rosulullaah karena mereka mengetahui bahwa Rosulullaah membenci perbuatan tersebut.”
Rosulullaah sangat mendorong para sahabatnya untuk selalu berlaku tawadhdhu’, dan mewanti-wanti mereka dari berbuat angkuh dan sombong. Beliau mengatakan,
“Barangsiapa tawadhdhu’ karena Allah maka Allah akan mengangkat derajatnya.” {HR.Thobroni,8/172}
Beliau juga bersabda,
“Tidaklah masuk surga seorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan (meski hanya) seberat biji sawi.” {HR.Muslim,1/93}
Maka hendaklah kita bersemangat untuk selalu bersikap rendah hati kepada sesama kita, terlebih-lebih lagi kepada kedua orang tua kita, guru-guru kita, dan kepada sesame manusia. Maka barangsiapa yang tawadhdhu’ terhadap manusia maka ia akan ditinggikan oleh Robbnya manusia.
{Dikutip dari Majalah Al-Furqon edisi 134. “Karakteristik Ibadurrahman”, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi Al-Kholafi, Diringkas dari muhadhoroh beliau di masjid STAI Ali bin Abi Tholib, Surabaya, diterjemah oleh Al-Ustadz Abu Faiz.}
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[‘Ibaadurrahmaan..]
oleh; Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi Al-Kholafi hafizhohullaahu ta’ala.
‘Ibaadurrahmaan adalah hamba-hamba pilihan Allah ‘Azza wajalla. Merekalah orang-orang yang diberi kecerdasan karena mereka memahami hakikat hidup, bahwa dunia ini adalah kampung sementara, adapun akherat adalah kampung yang kekal dan abadi. Karenanya, mereka mewujudkan hakekat ‘ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah ‘Azza wajalla dengan sebenarnya. Dahulu dikatakan ;
“Sungguh Allah memiliki hamba-hamba yang cerdas..
Mereka membuang dunia karena khawatir dari fitnahnya..
Mereka berjalan di atasnya, namun setelah mereka tahu..
Bahwa ia (dunia) bukanlah tempat tinggal sesungguhnya..
Mereka hanya jadikan dunia sebagai lautan..
Dan mereka jadikan amal sholeh sebagai kapal (menuju akherat)..”
Merekalah orang-orang pilihan yang Allah muliakan, dan Allah tinggikan mereka dengan ubudiyyah (penghambaan) kepadaNya. Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْنًا
“Dan hamba-hamba Robb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati…” {QS.Al-Furqon:63}
Allah menyandarkan عِبَادُ (hamba) kepada namaNya الرَّحْمَنِ , maka penyandaran seperti ini dalam literature bahasa arab bertujuan menunjukkan mulianya sesuatu tersebut. Artinya dalam konteks ini ialah menunjukkan mulianya para hamba tersebut, karena memang ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah adalah kemuliaan yang paling mulia, dengannyalah Allah meninggikan NabiNya yang mulia pada kedudukanyang tinggi dengan kedudukan ubudiyyah (penghambaan) ini.
Kedudukan ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah adalah kemuliaan yang paling mulia, karenanya Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam senang untuk dipanggil عَبْدُ اللَّهِ (hamba Allah). Beliau pernah mengatakan,
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku seperti yang dilakukan orang nashrani kepada Nabi Isa bin Maryam, karena aku adalah hamba (Allah) katakana saja aku adalah hamba Allah dan RosulNya.”
{Dikutip dari Majalah Al-Furqon edisi 134. “Karakteristik Ibadurrahman”, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi Al-Kholafi, Diringkas dari muhadhoroh beliau di masjid STAI Ali bin Abi Tholib, Surabaya, diterjemah oleh Al-Ustadz Abu Faiz.}
oleh; Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi Al-Kholafi hafizhohullaahu ta’ala.
‘Ibaadurrahmaan adalah hamba-hamba pilihan Allah ‘Azza wajalla. Merekalah orang-orang yang diberi kecerdasan karena mereka memahami hakikat hidup, bahwa dunia ini adalah kampung sementara, adapun akherat adalah kampung yang kekal dan abadi. Karenanya, mereka mewujudkan hakekat ‘ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah ‘Azza wajalla dengan sebenarnya. Dahulu dikatakan ;
“Sungguh Allah memiliki hamba-hamba yang cerdas..
Mereka membuang dunia karena khawatir dari fitnahnya..
Mereka berjalan di atasnya, namun setelah mereka tahu..
Bahwa ia (dunia) bukanlah tempat tinggal sesungguhnya..
Mereka hanya jadikan dunia sebagai lautan..
Dan mereka jadikan amal sholeh sebagai kapal (menuju akherat)..”
Merekalah orang-orang pilihan yang Allah muliakan, dan Allah tinggikan mereka dengan ubudiyyah (penghambaan) kepadaNya. Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْنًا
“Dan hamba-hamba Robb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati…” {QS.Al-Furqon:63}
Allah menyandarkan عِبَادُ (hamba) kepada namaNya الرَّحْمَنِ , maka penyandaran seperti ini dalam literature bahasa arab bertujuan menunjukkan mulianya sesuatu tersebut. Artinya dalam konteks ini ialah menunjukkan mulianya para hamba tersebut, karena memang ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah adalah kemuliaan yang paling mulia, dengannyalah Allah meninggikan NabiNya yang mulia pada kedudukanyang tinggi dengan kedudukan ubudiyyah (penghambaan) ini.
Kedudukan ubudiyyah (penghambaan) kepada Allah adalah kemuliaan yang paling mulia, karenanya Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam senang untuk dipanggil عَبْدُ اللَّهِ (hamba Allah). Beliau pernah mengatakan,
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku seperti yang dilakukan orang nashrani kepada Nabi Isa bin Maryam, karena aku adalah hamba (Allah) katakana saja aku adalah hamba Allah dan RosulNya.”
{Dikutip dari Majalah Al-Furqon edisi 134. “Karakteristik Ibadurrahman”, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi Al-Kholafi, Diringkas dari muhadhoroh beliau di masjid STAI Ali bin Abi Tholib, Surabaya, diterjemah oleh Al-Ustadz Abu Faiz.}
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"92 cara mudah membiasakan anak sholat"....(9 & 10)
9. Bersungguh-sungguhlah dalam menyuruh anak-anak anda sholat dan jangan biarkan mereka sholat sesekali saja, tapi tekankan mereka untuk sholat.
10. Dahulukan masalah-masalah akherat atas masalah-masalah dunia dalam segala kondisi dan kesempatan, agar anak anda terbiasa bahwa tidak ada persaingan di antara keduanya. Menunaikan sholat pada waktunya lebih penting daripada melaksanakan tugas-tugas sekolah, mendapatkan satu roka'at itu lebih utama daripada bermain sepak bola, dan memelihara waktu-waktu sholat itu lebih penting daripada menjaga hubungan dengan teman, berbincang-bincang dengan teman melalui telepon atau menonton acara-acara televisi.
{Dikutip dari "92 thoriiqoh lita'wid auladika 'ala ash-sholah", Hana' binti 'Abdul 'Aziz Ash-Shunai', edisi terjemah; 92 cara mudah membiasakan anak shalat. darul haq.}
9. Bersungguh-sungguhlah dalam menyuruh anak-anak anda sholat dan jangan biarkan mereka sholat sesekali saja, tapi tekankan mereka untuk sholat.
10. Dahulukan masalah-masalah akherat atas masalah-masalah dunia dalam segala kondisi dan kesempatan, agar anak anda terbiasa bahwa tidak ada persaingan di antara keduanya. Menunaikan sholat pada waktunya lebih penting daripada melaksanakan tugas-tugas sekolah, mendapatkan satu roka'at itu lebih utama daripada bermain sepak bola, dan memelihara waktu-waktu sholat itu lebih penting daripada menjaga hubungan dengan teman, berbincang-bincang dengan teman melalui telepon atau menonton acara-acara televisi.
{Dikutip dari "92 thoriiqoh lita'wid auladika 'ala ash-sholah", Hana' binti 'Abdul 'Aziz Ash-Shunai', edisi terjemah; 92 cara mudah membiasakan anak shalat. darul haq.}
0 komentar:
Posting Komentar